Selasa, 30 April 2013
Sesuai
dengan fungsi yang ada di dalam perusahaan, biaya tenaga kerja dikelompokkanke
dalam :
1. Biaya
tenaga kerja untuk fungsi produksi.
2. Biaya
tenaga kerja untuk fungsi pemasaran.
3. Biaya
tenaga kerja untuk fungsi administrasi dan umum.
Biaya
tenaga kerja dapat diartikan sebagai harga yang dibeankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia yang bekerja untuk perusahaan. Biaya tenaga kerja manusia
dapat dibagi ke dalam tiga golongan besar :
1. Gaji
dan upah regular.
2. Premi
lembur.
3. Biaya
lain yang berhubungan dengan tenaga kerja. Contohnya : set up time (waktu setel), idle
time (waktu tunggu), biaya pension, tunjangan liburan, biaya pendidikan dan
latihan.
A.
Akuntansi
Biaya Gaji dan Upah Reguler
Tahapan penyusunan
biaya gaji dan upah adalah sebagai berikut :
|
||||||
|
Jurnal
:
1. Jurnal
mencatat total gaji
Biaya
gaji dan upah xxx
Utang gaji dan upah xxx
2. Jurnal
mencatat distribusi gaji/pembebanan ke tiap departemen
BDP-BTKL
xxx
BOPS xxx
Biaya Pemasaran xxx
Biaya adm dan umum xxx
Biaya gaji dan upah xxx
3. Jurnal
untuk mencatat pembayaran gaji
Utang gaji dan upah xxx
Kas xxx
B.
Akuntansi
Premi Lembur
Premi lembur dibayarkan
kepada karyawan yang bekerja melebihi jam kerja maksimaldalam suatu periode
tertentu sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam peraturan ketenagakerjaan.
Perlakuan terhadap premi lembur :
1. Lembur
yang disebabkan karena pesanan tertentu, maka premi lembur diperlakukan sebagai
elemen harga pokok pesanan yang bersangkutan.
2. Lembur
yang disebabkan karena kurangnya kapasitas produksi dibandingkan dengan
kegiatan, maka premi lembur diperlakukan sebagai elemen BOP.
3. Lembur
yang disebabkan karena ketidakefisienan kegiatan perusahaan, maka premi lembur
harus dimasukkan ke dalam laporan laba rugi.
C.
Akuntansi
Biaya Lain yang Berhubungandengan Tenaga Kerja
1. Set up time
(waktu setel)
Biaya yang dalam rangka
waktu setel disebut biaya waktu setel. Perlakuan biaya waktu setel :
a. Waktu
setel yang disebabkan karena pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya waktu
setel di perlakukan sebagai biaya tenagakerja langsung.
b. Waktu
setel normal terjadi di perusahaan, maka biaya waktu setel diperlakukan sebagai
elemen BOP.
2. Idle time
(waktu tunggu)
Perlakuan biayawaktu
tunggu :
a. Waktu
tunggu normal terjadi di perusahaan, maka biaya waktu tunggu diperlakukan
sebagai unsur BOP.
b. Waktu
tunggu terjadi karena ketidakefisienan, maka biaya waktu tunggu diperlakukan
sebagai elemen laba rugi.
3. Biaya
pensiun
Perlakuan biaya pension
:
a. Saat
pembentukan : jika ditanggung karyawan, langsung dipotong dari gaji. Jika
ditanggung perusahaan, masuk rekening BOP atau Biaya Pemasaran atau biaya
administrasi.
b. Saat
pelunasan : tidak ada perhitungan dan jurnal. Karena telah diurus perusahaan
dana pensiun.
4. Tunangan
Liburan
Diperlakukan sebagai
BOP/biaya pemasaran/biaya administrasi dan umum.
5. Bonus
Bagian Laba
Diperlakukan sebagai
BOP/biaya pemasaran/biaya administrasi dan umum.
6. Biaya
Pendidikan dan Latihan
Perlakuan biaya
Pendidikan dan Latihan :
1. Untuk
perusahaan baru akan dimasukkan ke rekening beban ditangguhkan.
2. Jika
diklat dilakukan secara kontinyu maka biaya diklat akan dimasukkan ke rekening
BOP.
3. Jika
Diklat dilakukan karena pengerjaan pesanan tertentu maka biaya diklat akan
dimasukkan ke biaya pesanan yang bersangkutan.
7. Pajak
Pendapatan Karyawan
Perlakuan Biaya Pendapatan
Karyawan:
1. Jika
pajak pendapatan ditanggung karyawan maka akan dipotong dari gaji bruto.
2. Jika
pajak pendapatan ditanggung perusahaan maka akan dimasukkan ke elemen BOP/biaya
pemasaran/biaya administrasi dan umum.
Rabu, 03 April 2013
AKUNTANSI BIAYA BAHAN
Biaya bahan baku merupakan salah satu
komponen penting dari biaya produksi. Masalah yang dihadapi manajemen
berkatitan dengan bahan baku yaitu keterlambatan bahan yang mengganggu proses
produksi. Sedangkan bahan baku yang berlebihan akan mengakibatkan pemborosan
pada dana yang tertanam pada persediaan bahan. Karena dalam penyimpanan bahan
baku menimbulkan beban (biaya) penyimpanan. Pada tahap pengadaan dan
penyimpanan bahan baku dari segi akuntansi timbul masalah penentuan harga pokok
bahan baku yang dibeli, sedangkan pada saat pemakaian bahan baku timbul masalah
penentuan harga pokok bahan baku yang dipakai.
A. Penentuan Harga Pokok Bahan Yang
Dibeli
Menurut
prinsip akuntansi yang termasuk dalam harga pokok bahan yang dibeli adalah
harga faktur ditambah semua biaya yang dikeluarkan mulai dari pemesanan dengan
penyimpanan bahan. Dengan demikian harga
pokok bahan yang dibeli dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Harga faktur xxx
Biaya pemesanan xxx
Biaya
angkut xxx
Biaya
penyimpanan xxx
Potongan
pembelian (xxx)
Retur
pembelian (xxx)
Harga pokok bahan yang dibeli xxx
Di dalam praktek terjadi variasi untuk
mengimplementasikan prinsip penentuan harga perolehan bahan. Apabila tambahan
biaya untuk pemilikan bahan sulit atau tidak praktis dialokasikan kedalam harga
perolehan bahan umumnya tambahan biaya tersebut diperlakukan sebagai elemen
biaya overhead pabrik dan harga perolehan bahan dicatat harga fakturnya.
B. Perlakuan Akuntansi Terhadap Elemen
yang Berhubungan dengan Harga Perolehan Bahan
1.
Potongan Pembelian Bahan
Menurut
prinsip akuntansi, potongan pemebelian bahan mengurangi harga faktur bahan yang
dibeli. Di dalam praktik, untuk tujuan kemudahan dan kepraktisan, potongan
pembelian diperlakukan sebagai pengurang BOP atau diperlakukan
sebagaipenghasilan diluar usaha. Perlakuan potongan pembelian sebagai pengurang
BOP atau penghasilan di luar usaha memang lebih praktis, akan tetapi tidak
sesuai dengan prinsip akuntansi.
a.
Perlakuan akuntansi terhadap potongan pembelian
yang sesuai dengan prinsip akuntansi
1)
Utang dicatat jumlah bersihnya
Misalnya,
pada tanggal 3 maret 2012, PT. ganendra membeli 50 kg bahan baku dengan harga
faktur Rp. 20.000 per kg, syarat pembayaran 2/10,n/30.
a)
Jurnal saat pembelian
Persediaan
bahan baku 980.000
Utang dagang 980.000
(jumlah
bersih utang dagang setelah dikurangi dengan potongan : (50 kg x 20.000)-2%(50
kg x 20.000))
b)
Jurnal saat pelunasan (diluar masa
potongan)
Utang
dagang 980.000
Rugi
kegagalan pemanfaatan potongan 20.000
Kas 1.000.000
c)
Jurnal saat pelunasan (dalam masa
potongan)
Utang
dagang 980.000
Kas 980.000
2)
Utang dicatat jumlah kotornya
a)
Jurnal saat pembelian
Persediaan
Bahan Baku 980.000
Cadangan
Potongan Pembelian 20.000
Utang Dagang 1.000.000
b)
Jurnal saat pelunasan (diluar masa
potongan)
Utang
Dagang 1.000.000
Rugi
kegagalan pemanfaatan pot 20.000
Kas
1.000.000
Cadangan
pot. Pembelian 20.000
c)
Jurnal saat pelunasan (didalam masa
potongan)
Utang
Dagang 1.000.000
Kas 980.000
Cadangan Pot. Pembelian 20.000
b.
Perlakuan akuntansi terhadap potongan
pembelian tidak sesuai prinsip-prinsip akuntansi
1)
Potongan pembelian diperlakukan sebagai
pengurang BOP
a)
Jurnal saat pembelian
Persediaan
bahan baku 1.000.000
Utang dagang 1.000.000
b)
Jurnal saat pelunasan (di luar masa
potongan)
Utang
dagang 1.000.000
Kas 1.000.000
c)
Jurnal
saat pelunasan (dalam masa potongan)
Utang
dagang 1.000.000
Kas 980.000
BOP sesungguhnya 20.000
2)
Potongan pembelian diperlakukan sebagai
penghasilan diluar usaha
a)
Jurnal saat pembelian
Persediaan
bahan baku 1.000.000
Utang dagang 1.000.000
b)
Jurnal saat pelunasan (diluar masa
potongan)
Utang
dagang 1.000.000
Kas 1.000.000
c)
Jurnal saat pelunasan (dalam masa
potongan)
Utang
dagang 1.000.000
Kas 980.000
Pendapatan diluar usaha 20.000
2. Biaya Angkut Pembelian
Biaya
angkut beban yang dibeli tetapai ditanggung oleh supplier tidak menambah harga
perolehan bahan. Biaya angkut atas bahan yang dibeli dan ditanggung oleh pembeli
diperlakukan sebagai penambah harga perolehan bahan yang dibeli. Biaya angkut
bahan yang dikembalikan kepada supplier dan ditanggung oleh pembeli, umumnya
diperlakukan sebagai elemen biaya angkut lain-lain, jadi tidak mempengaruhi
harga perolehan bahan
Timbul
masalah akuntansi atas biaya angkut yang ditanggung pembeli dan digunakan untuk
berbagai macam bahan yang dibeli. Perlakuan biaya angkut yang sesungguhnya
sebagai elemen bahan memerlukan dasar alokasi yang adil, teliti, dan mudah
digunakan. Sebagai dasar alokasi biaya angkut bahan dapat digunakan dasar
perbandingan harga faktur bahan yang dibeli atau perbandingan kuantitas fisik
bahan.
a.
Perbandingan kuantitas fisik bahan
Dasar
alokasi biaya angkut bahan atas dasar kuantitas fisik biasanya lebih teliti
dalam mengalokasikan biaya. Kelemahan metode ini, pemakaiannya terbatas pada
bahan yang dapat diukur dalam kuantitas fisik yang sama, misalnya menggunakan
berat, volume, atau panjang dari bahan yang dibeli.
b.
Perbandingan harga faktur bahan yang
dibeli
Kebaikan
dasar perbandinga harga faktur adalah merupakan dasar yang paling mudah
digunakan. Kelemahan metode ini adalah bahan yang harganya mahal belum tentu
memerlukan biaya angkutan yang tinggi. Biaya angkut lebih banyak dipengaruhi
oleh factor fisik dan resiko.
Contoh soal :
Diketahui
jenis data sebagai berikut :
Jenis Bahan Kuantitas Harga Faktur
Bahan Baku 300 buah Rp.5000.000
Bahan Penolong 700 buah Rp.3.000.000
1.000
buah Rp.8.000.000
Total
Biaya Angkut Rp.2.000.000
Hitunglah
:
1.
Alokasi biaya angkut ke dalam harga
perolehan bahan baku dan bahan penolong, menggunakan perbandingan kuantitas
fisik dan perbandingan harga faktur.
2.
Harga perolehan bahan baku dan bahan
penolong.
Penyelesaian
:
1.
Alokasi biaya angkut ke dalam harga
perolehan bahan baku dan bahan penolong dengan menggunakan perbandingan :
a.
Kuantitas fisik
Ø Bahan
baku = 300/1.000 x Rp.2.000.000 =
600.000
Ø Bahan
penolong = 700/1.000 x Rp.2.000.000 =
1.400.000
b.
Harga Faktur
Ø Bahan
baku = 5.000.000/8.000.000 x
Rp.2.000.000 = 1.250.000
Ø Bahan
Penolong = 3.000.000/8.000.000 x
Rp.2.000.000 = 750.000
2.
Harga perolehan bahan baku dan bahan
penolong dengan menggunakan perbandingan :
a.
Kuantitas fisik
Ø Bahan
Baku = 5.000.000 + 600.000 =
5.600.000
Ø Bahan
Penolong = 3.000.000 + 1.400.000 =
4.400.000
b.
HArga faktur
Ø Bahan
Baku = 5.000.000 + 1.250.000 =
6.250.000
Ø Bahan
Penolong = 3.000.000 + 750.000 =
3.750.000
a.
Perlakuan akuntansi atas biaya angkut
yang tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
Perlakuan
akuntansi yang lebih praktis terhadap biaya angkut bahan adalah diperlakukan
sebagai elemen biaya overhead pabrik, terutama apabila perlakuan biaya angkut
bahan sebagai elemen harga perolehan bahan mengakibatkan adanya kesulitan dalam
perhitungan harga perolehan bahan. Perlakuan biaya bahan dengan metode ini
tidak sesuai dengan prinsip akuntansi.
Apabila
biaya angkut bahan diperlakukan sebagai elemen BOP , maka biaya angkut bahan
tidak menambah harga perolehan bahan. Maka jurnal yang harus dibuat adalah :
Persediaan
bahan baku 5.000.000
Persediaan
bahan penolong 3.000.000
Utang dagang 8.000.000
Biaya
overhead pabrik sesungguhnya 2.000.000
Kas 2.000.000
C. Penentuan Harga Pokok Bahan Yang
Dipakai
Masalah
penentuan harga pokok bahan yang dipakai timbul karena adanya perbedaan harga
perolehan satuan setiap kali dilakukan pembelian bahan yang sama, jadi karena
fluktuasi harga. Faktor yang menentukan harga pokok bahan yang dipakai adalah :
1.
Metode Akuntansi Persediaan
Dalam
menyelenggarakan pencatatan persediaan bahan, perusahaan dapat memilih metode
akuntansi persediaan yang ada, yaitu :
a.
Metode persediaan fisik
Metode
ini hanya dapat digunakan oleh perusahaan relatif kecil, dimana fisik
persediaan bahan mungkin masih bisa diawasi secara langsung oleh manajemen
perusahaan. Pencatatan akuntansinya sangat sederhana dan tidak mengikuti
persediaan.
b.
Metode persediaan abadi/perpetual
Metode
ini umumnya digunakan oleh perusahaan relative besar, dimana manajemen tidak
dapat secara langsung mengawasi persediaan terus menerus atau kekal/perpetual,
karena mutasi persediaan diikuti secara terus menerus dengan pencatatan.
Berikut Jurnal untuk kedua metode:
METODE PERSEDIAAN FISIK
|
METODE PERSEDIAAN ABADI/PERPETUAL
|
Jurnal
mencatat pembelian
|
|
Pembelian Bahan xxx
Utang dagang xxx
|
Persediaan Bahan xxx
Utang Dagang xxx
|
Jurnal
mencatat retur pembelian
|
|
Utang dagang xxx
Retur pembelian xxx
|
Utang dagang xxx
Persediaan bahan xxx
|
Jurnal
mencatat potongan pembelian
|
|
Utang dagang xxx
Potongan pembelian xxx
Kas xxx
|
Utang dagang xxx
Persediaan bahan xxx
Kas xxx
|
Jurnal
saat pemakaian
|
|
Tidak ada jurnal
|
PBD-bahan xxx
Persediaan bahan xxx
|
Jurnal
saat akhir periode
|
|
PBD-bahan xxx
Persediaan akhir
bahan xxx
Retur pembelian xxx
Potongan
pembelian xxx
Pembelian bahan xxx
Persediaan awal bahan xxx
|
Tidak ada jurnal
|
2.
Metode Aliran harga pokok bahan yang
dipakai
Terdapat
beberapa macam metode aliran harga pokok bahan yang dipakai, antara lain :
a.
Metode FIFO
Pemakaian
metode FIFO didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani
harga perolehan persatuan dari bahan yang pertama kali masuk ke gudang bahan.
b.
Metode LIFO
Pemakaian
metode LIFO didasarkan anggapan bahwa bahan yang pertama kali dipakai dibebani
harga perolehan persatuan dari bahan yang terakhir kali masuk ke gudang bahan.
c.
Metode Rata-rata
Pemakaian
metode rata-rata didasarkan anggapan bahwa bahan yang dikonsumsi dibebani harga
perolehan persatuan bahan rata-rata.
Selain
ketiga metode diatas, terdapat pula beberapa metode aliran harga pokok bahan
lain, yaitu : metode identifikasi khusus, metode harga pokokstandar, metode
persediaan dasar, metode harga beli terakhir, dan metode masuk kemudian pertama
keluar. Metode-metode ini tidak lazim digunakan.
;;
Subscribe to:
Postingan (Atom)